
Berawal dari perbincangan singkat yang membuat aku cuman bisa berargumentasi dalam hati (lagi... hehehe.. dan yang akhirnya jadi aku tumpahin di sini hehehe...), tentang pendapat seorang teman yang ngebahas hubungan antara makanan keras-susu ‘n dewasa-anak kecil.
Ibrani 5:13-14: “Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.”
What do u think about that passage above? Umm.. Maybe kita jadi teringat akan seseorang atau sekelompok orang yang keras kepala, ga mau ditegur ‘n sok tahu (seperti anak kecil yang kadang sok tahu ‘n gamau dinasehati). Atau maybe kita ingat seseorang yang keinginannya sering cepat dipenuhi ama God, and maybe kita jadi inget orang lain yang kayaknya hidupnya mulus-mulus aja, ga ada pergumulan yang keras banget seperti yang kita alamin (seperti anak kecil yang cuman terima jadi aja ‘n ga pusing mikirin apa-apa), and kita berpendapat bahwa orang itu masih anak kecil karna dia masih minum susu, belum makan makanan keras (bergumul tentang sesuatu, berjuang, dll) seperti kita. Mungkin ada yang laen yang terpikirkan, but aku terinspirasi nulis ini coz ada seseorang yang (menurut sudut pandangku) memposisikan aku sebagai anak kecil karna hidupku nggak se”keras” dia...
Aku sendiri bukannya ga pernah bertanya-tanya tentang perbedaan hidup antara satu orang dengan orang yang lainnya, tentang kenapa orang yang satu harus mengalami ini dan yang lainnya enggak, tentang kenapa seseorang harus mengalami kesulitan yang sedemikian rupa sedang yang lainnya begitu mulus... Tapi jawaban yang aku dapet is just so simple... He is God... Dialah yang punya rancangan hidup atas setiap orang, He’s The One who got the blueprint and the big picture of all His creations. Ga akan ada habisnya kalo kita terus membandingkan dan mempertanyakan perbedaan-perbedaan antara kita dan orang lain. Dialah Satu-satunya yang punya alasan dan tujuan atas perbedaan-perbedaan itu. Dat’s why kita kudu bergantung ama Dia untuk hidup sepenuhnya dalam satu rancangan unikNya atas hidup kita. Karna itulah satu-satunya cara agar kita dapat bekerja sama dengan Dia untuk mewujudkan rencana besarNya yang melibatkan kita di dalamnya.
Untuk menjadi seseorang yang dewasa, pastinya kita melewati masa-masa dimana kita adalah anak kecil. Kita melalui masa-masa dimana kadang kita keras kepala, sok tahu, egois, menuntut keinginan kita segera dipenuhi, ga mau ngertiin orang laen, de es te... untuk kemudian akhirnya menjadi lebih dewasa secara karakter. Kita juga melalui proses bertumbuh dari seorang bayi (yang belajar duduk, berdiri, merangkak, berjalan, belajar mandi sendiri, dsb) sampe menjadi dewasa secara fisik. Secara pendidikan juga, kita mengalami dulu jadi anak TK, anak SD, SMP, SMA, Kuliah, sampe kerja. What I wanna say is... Kalopun orang lain bilang atau kita sendiri yang menyadari bahwa saat ini kita masih anak kecil yang cuman bisa minum susu dan belum bisa menerima makanan keras, tetaplah hidup, tetaplah serap dan tetaplah belajar... Kan kita memang naturally harus melalui proses ini sebelum bertumbuh menjadi dewasa.
Cuman God yang tau apakah kita masih harus diberi susu atau sudah bisa diberi makanan keras, sama seperti orang tua kita yang tau kapan waktunya kita masih harus diberi bubur atau sudah bisa diberi nasi. Kita pasti akan bertumbuh wajar dan normal selama kita terus mencari Dia, taat, dan bergantung padaNya. Tapi mungkin bakal lain ceritanya kalo kita nggak membuka hati ama Dia atau menolak untuk menerima kesempatan dariNya agar kita bisa belajar dan bertambah dewasa, misalnya lari dari masalah bukannya menghadapinya, tidak mau bertanggungjawab atas kesalahan kita, dll.
Soal permintaan yang sering dikabulkan, itu juga ga bisa jadi satu-satunya pertanda bahwa seseorang itu masih anak kecil. Emang bisa aja siy, toh kalopun emang gitu, ya dia kan emang harus melalui proses sebagai anak kecil dulu untuk menjadi dewasa. Tapi satu sisi lain yang mungkin terlupakan adalah... permintaan kita pasti akan dikabulkan kalo itu sejalan ama apa yang emang Dia kehendaki buat kita. And remember what the scripture said about pencobaan? God ga pernah mencobai kita, tapi keinginan-keinginan kitalah yang mencobai kita sendiri, karena kita menginginkan sesuatu yang ga sejalan ama apa yang Dia mau untuk kita. Ga sejalan itu bisa berarti keinginan kita bisa menghancurkan diri kita sendiri, bisa membuat kita terhambat, bukan yang terbaik buat kita, atau mungkin belum waktunya. Coz God hanya akan memberikan sesuatu pada saat Dia melihat bahwa kita sudah siap untuk menerimanya, yaitu pada saat kita benar-benar bisa menikmati dan bersyukur atas kondisi kita di saat ini, dan sepenuhnya menggantungkan keinginan dan harapan kita ama Dia (coz kita yakin bahwa He knows better than us). One of my prayer dulu (ya sampe sekarang siy), aku pengen setiap keinginan yang muncul dalam hatiku itu berasal dari Dia. Coz I’ve created for Him...
Bukan cuma Tuhan yang punya andil dalam menentukan seperti apa kehidupan yang kita jalani, kita dan orang lainpun punya andil. Misalnya, generasi di atas kita belum mengetahui tentang kebenaran, otomatis keputusan-keputusan yang mereka buat (entah itu benar atau salah) bakal sedikit banyak mempengaruhi kehidupan yang kita jalani, karena kita generasi selanjutnya. Tanpa Tuhan, semua itu akan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Tapi jika kita, sebagai generasi saat ini berpaut padaNya dan bekerja sama dengan Dia, kita akan jadi generasi pertama yang hidup dengan bener. Tuhan memberi kita free will, itu menjadikan kita mempunyai pilihan untuk berjalan sendirian atau bekerja sama denganNya. Kalau Dia adalah God that has no limit, then everything is possible if we work together with Him.
Selain perbedaan rancanganNya atas hidupku dan temenku tadi, mungkin sekali perbedaan kehidupan yang kita jalani juga dipengaruhi oleh keluarga dan juga diri kami masing-masing (kapasitas, karakter, kemampuan, dll). Dan satu hal yang perlu diingat, Dia adalah Tuhan yang tau batas kekuatan manusia, coz He created us! Dia ga akan mengijinkan sesuatu yang terjadi melampaui batas kekuatan kita untuk menghadapinya. Kalopun satu saat kita ngerasa kenapa hidup kita susah dan penuh pergumulan sementara orang lain kelihatannya mulus-mulus aja... Better if we think deeply first coz that’s a complex matter...
Belon tentu orang laen yang kelihatannya hidupnya mulus-mulus aja itu berarti nggak melalui proses pendewasaan kayak kita (sedikit membela diri niy hehehe... coz akupun melalui proses, cuman emang beda ama apa yang dilalui temenku). Tuhan pasti memproses setiap anak-anakNya, hanya dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan maksud dan tujuanNya menciptakan kita. Bisa aja masalah yang kita rasakan berat banget itu bukan sesuatu yang berat bagi orang lain, dan sebaliknya, bisa juga masalah yang berat banget buat orang lain menurut kita bukan sesuatu yang bisa disebut “masalah”. Ini dari pengalamanku... Coz sering kita menjudge tanpa sadar... cuman karena kita belum memahami bahwa Tuhan memang merancangkan perbedaan-perbedaan di antara kita semua, and He’s definitely has His own reasons for that.
Memahami kebenaran itu sebenernya simple... and pedang Firman itu selalu bermata dua, rite? Hehehe... like I have said, everything has 2 sides... Semoga kita ga jadi sibuk ngejudge ‘n pusing tentang makanan keras-susu ‘n dewasa-anak kecil ini... and lebih berfokus pada apa yang Dia mau kita lakukan agar kita bisa bekerja sama denganNya untuk mewujudkan big planNya itu. Remember, each of us are pieces of puzzle, yang kalau disatukan akan menjadi satu gambar besar yang utuh, one whole big picture of His dream...