Tangisan dari bibir mungilmu
Ukirkan berjuta senyuman yang menyambutmu
Rapuhnya tubuhmu disangganya dalam dekapan
Terbayar sudah lama penantiannya
Tangan yang besarkanmu dengan lembut
Nyanyian yang membalutmu dalam damai
Tawa yang iringi tingkah langkahmu
Doa yang tak putus bagai malaikat penjagamu
Perlahan...
Kau membaur dengan sebayamu
Berusaha dapatkan rangkulan mereka
Hingga kekasih2 masa kecilmu terabaikan
Tahukah kamu?
Saat itu nuranimu belum terasah sempurna
Kau terseret dan terjatuh
Kebingungan dan tersesat
Namun kau tak menyadarinya....
“Asal aku tidak sendirian”, katamu...
Tahukah kamu?
Ketika itu pemikiranmu belum selaras dengan hati
Kau tenggelam dalam cinta yang semu
Tertipu dan kecewa
Dan kau pun membalasnya kepada semua orang
Bahkan kepada dirimu sendiri
Kau tidak peduli lagi
Mana yang benar dan mana yang salah
Terpekur di tengah putaran roda kehampaan
“Tak ada lagi artinya”, teriakmu dalam hening
Dunia terus berputar
Kadang dengan kecepatannya yang tak terbendung
Orang datang dan pergi
Dan kau hanyut... terpaku sejenak sebelum mati rasa
Redupkah sinar matamu?
Ragamu terbaring lemah saat kau tersadar...
Detik-detik bagai berjalan lambat
“Belum berakhirkah?”, bisikmu nanar...
Tetesan air mata jatuh tepat di wajahmu
Saat kekasihmu menggenggam batang tanganmu
Matanya berbahasa ketika kasihnya memelukmu
“Bangkitlah... Masih ada waktu...”
Selama nadi belum berhenti
Sadarkan diri bahwa masih ada kesempatan
Walau hanya sehari...
pantesan u dilarang ikutan kontes puisi jdc fay.....hhahahaha
ReplyDeletewakakak...tull koh..
ReplyDeleteThank you thank you hehehehe.... =p
ReplyDeletekasi applause dulu ah ^_^ v
ReplyDelete