Oleh : Nuansa Jala Persada *)
Setelah satu tahunan bekerja di lingkup Public Relation kantor, membuat saya
paham betul beragam klien yang dimiliki tempat saya bekerja. Salah satunya
yang unik, rekan-rekan pewarta media yang selama ini banyak membantu
publikasi kegiatan kami ke masyarakat luas.
Saya bilang klien unik, karena mereka mampu mengkomunikasikan informasi
kegiatan pada pihak ketiga (pembaca, red) dengan baik. Bahkan hanya dengan
diskusi belasan menit saja, keesokan harinya mereka berhasil menuliskan
berita kegiatan kami hingga seperempat halaman Koran. Informasi yang mereka
sampaikan juga detil, tanpa mengurangi dan menambah informasi yang telah
kami sampaikan.
Selain kelebihan dalam hal lingustik, rekan-rekan media juga merupakan
komunikator yang baik. Mereka tak hanya mampu menyampaikan pemikirannya
dalam tulisan, tapi juga saat berkomunikasi verbal. Oleh karena itu, kami
pun bisa langsung akrab saat berbincang dan lancar menginformasikan sesuatu.
Kemampuan komunikasi verbal itu, mereka miliki karena dalam mendiskusikan
sesuatu mereka selalu berorientasi pada kerangka tulisan yang mereka buat
nantinya. Mereka juga tak segan bertanya, jika mendengar hal-hal baru dari
lawan bicaranya. Sehingga secara otomatis, saat komunikasi mereka terpola
untuk berempati dan menjaga komunikasi dua arah dengan baik.
Mencermati kebiasaaan mereka itu, sebenarnya menulis juga bisa kita jadikan
sarana kita untuk berkomunikasi. Selain itu, dengan menulis kita bisa
menterapi diri kita untuk terbiasa mengkomunikasikan pikiran.
Mengkomunikasikan pikiran? Ya benar. Kurangnya kemampuan menyampaikan
pemikiran, selama ini selalu menjadi faktor utama terhambatya komunikasi.
Hal tersebut bisa disebabkan banyak hal, seperti rasa takut, tidak bisa
berbahasa dengan baik, dan mudah canggung.
Oleh karena itu untuk menterapi diri kita, tak ada salahnya jika kita
menggunakan kebiasaan-kebiasaan wartawan itu. Saat berkomunikasi dengan
orang lain, buat seolah kita harus membuat reportase untuk media harian
pribadi kita. Misalnya saja dirumah saya punya *The Nuansa Post*, sebuah
media harian sore yang saya susun dan baca sendiri saat sore hari. Pada
awalnya memang menggelikan, tapi ini bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan
jika kita terbiasa.
Karena harian tersebut kita tulis dan baca sendiri, kita bebas membuat
reportase kehidupan harian kita. Jadi tak akan ada yang menyalahkan kita,
jika tulisan dan pemilihan kata jelek. Yang jelas, kita sudah belajar untuk
menuangkan pemikiran kita.
Kemudian saat berbincang dengan orang lain, jadikan dia seorang narasumber
bagi harian kehidupan kita. Jangan segan bertanya, jika ada hal yang tidak
kita mengerti dari lawan bicara kita. Karena ingat, sorenya kita harus
menuliskan reportase di harian sore kehidupan kita. Sama seperti sikap
wartawan, selama komunikasi pastikan kita berempati dan menjaga komunikasi
dua arah dengan baik.
Jika menulis masih dianggap sesuatu yang sulit, mungkin beberapa teknik yang
saya sampaikan berikut mempermudah Anda menerbitkan harian sore kehidupan
Anda. Teknik ini saya peroleh, saat aktif di unit kegiatan media kampus
dulu.
Dalam melakukan penulisan, formulasikan artikel yang anda buat seperti
piramida terbalik. Sesuai dengan bentuknya yang semakin meruncing, kita
letakkan permasalahan utama pada paragraph awal penulisan. Kemudian
dilanjutkan faktor-faktor yang menjabarkan permasalahan utama pada
paragraph-paragraph berikutnya.
Saat menjabarkan permasalahan yang kita tulis, umumnya terdapat enam faktor
yang bisa kita gunakan. Keenam faktor tersebut umum dikenal 5 W+1 H, yang
terdiri what (apa), where (dimana), why (mengapa), who (siapa), when
(kapan), dan how (bagaimana).
Selain bermanfaat melatih kemampuan komunikasi, menulis juga membawa dampak
positif pada psikologis seseorang. Mengutip pembicaraan saat berdiskusi
dengan Dra. Astrid Wiratna, menulis dapat membantu menyalurkan emosi dan
mengurangi energi otak untuk memikirkan sesuatu yang dapat berdapampak
negatif. Sehingga kita pun bisa mengalokasikan kinerja otak untuk hal yag
lain, hemat beliau.
Semoga setelah membaca berbagai paparan diatas, Anda dapat terprovokasi
untuk menerbitkan harian sore kehidupan Anda juga. Terlebih lagi, banyak hal
positif yang bisa kita dapat dengan menulis.
Menutup artikel ini, ada kutipan pesan dari seorang sahabat dari Jakarta
Post Iman Nugroho. Menulis itu bukan sesuatu yang sulit, kalau kita
menjadikannya suatu kebiasaaan.
*) penulis adalah humas STIKOM
www.stikom.edu
Sumber: milis penulis lepas
No comments:
Post a Comment