Wednesday, September 5, 2007

Right Words Right Heart

Seringkali karena sudah terlalu lama kita menyimpan uneg-uneg dan rasa frustasi, kita sulit menahan emosi dan mulai menyerang pasangan kita dengan kata-kata yang pedas, menghina atau merendahkan, ‘nyelekit’, negatif, dan tajam, dengan harapan rasa perih yang ditimbulkan membuat pasangan kita sadar, dan mengubah sikapnya. Atau setidaknya kita bisa merasa impas, karena diapun sekarang merasakan kekesalan dan rasa frustasi yang sama. Tapi apakah dia kemudian berubah menjadi seperti yang kita harapkan? (itu pun dengan catatan memang kita punya standar moral dan sikap yang baik dan benar tentunya).

 

Ternyata jenis pernyataan dan perkataan seperti di atas hanya akan membuat pasangan kita sakit hati, membuat kita “dijauhi” oleh pasangan, dan sama sekali tidak mengubahnya! Atau mungkin saja malah menimbulkan rasa dendam dan membuatnya semakin menjadi-jadi. Bila anda memiliki pasangan yang sepertinya memerlukan banyak “perubahan”, berarti kita memiliki pengalaman yang sama. Saya juga pernah melakukan hal-hal yang saya sebutkan tadi dan hasilnya ternyata tidak terlalu memuaskan.

 

Setelah mengalami “peperangan” berkali-kali dalam sepuluh tahun kehidupan pernikahan kami, ada 10 hal penting yang menolong kami untuk mendapatkan pengertian dan perubahan setelah keluar dari “medan perang” tanpa “cedera” yang berarti:

 

1.      Nyatakan uneg-uneg atau frustasi yang anda rasakan dengan jujur tanpa menyalahkan ataupun menyerang.

 

2.      Pilihlah kalimat atau perkataan yang baik dan positif, nyatakan dengan ekspresi dan nada suara yang lembut atau baik.

Ingatlah, semakin keras suara anda, semakin sedikit yang didengar. Karena 1 orang yang berteriak saja sudah memusingkan kepala, apalagi kalau keduanya. Semakin tajam perkataan anda, semakin sedikit kita akan berkomunikasi, karena rasa sakit hati biasanya membuat wanita menangis dan membuat pria walk-out, pergi meninggalkan “arena pertempuran”. Jadi bagaimana mau menyelesaikan masalah atau perbedaan kalau tidak ada yang mau mendengarkan atau menyimak? Dan tahukah anda kalau kita memojokkan atau menyalahkan pasangan kita, itu hanya akan membuat dibangunnya benteng yang menghalangi komunikasi.

 

3.      Hindari membesar-besarkan masalah, ataupun memaksakan kehendak anda. Ingat, hindari perkataan seperti, “Kamu tuh SELALU...” atau, “Kamu tuh TIDAK PERNAH...”

Jujurlah, sebenarnya dia tidak selalu dan pasti pernah, karena 2 perkataan ini biasanya memicu dibangunnya benteng dan terjadinya pengalihan fokus permasalahan.

 

4.      Beri contoh atau kejadian yang spesifik atau fokus pada masalah yang spesifik, jangan memborong masalah ataupun mengungkit masa lalu yang sudah diselesaikan.

 

5.      Cari penyelesaian dari permasalahan yang spesifik tersebut.

Karena hormon, di saat tertentu kita ingin memasuki “peperangan” dan mencari alasan untuk menangis. Ada baiknya kita memasuki “peperangan” bukan karena keinginan emosional, tapi karena ingin mencari penyelesaian yang menguntungkan kedua belah pihak.

 

6.      Dengarkan atau simak apa yang pasangan anda katakan, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia perlukan.

Simak, hormati, dan cobalah untuk mengerti perkataan, perasaan, dan keinginannya. Hindari memberikan komentar dan memaksakan perubahan apalagi dengan alasan memenangi pertempuran.

 

7.      Hindari kepahitan, amarah, cemberut, ngomel, dan keinginan untuk memenangi “pertempuran”

Benih yang salah akan menghasilkan buah yang tidak dapat dinikmati. Bila ingin menghasilkan buah yang manis untuk dinikmati, taburlah benih yang baik dan benar.

 

8.      Akui kesalahan kita bila ada, dan jangan ragu untuk memaafkan atau mengampuni kesalahannya.

Bukankah itu yang diajarkan oleh Tuhan, kalau kita ingin diampuni kita harus mengampuni? Mengakui kesalahan adalah kerendahan hati, dan mengampuni adalah tindakan kasih dari hati yang besar.

 

9.      Teruslah berkomunikasi sampai anda berdua benar-benar mengerti apa yang dikatakan dan dirasakan oleh kedua belah pihak.

Bersabarlah sampai kedua belah pihak mengerti benar, karena tanpa pengertian rumah tidak akan bisa dibangun dengan benar dan gampang roboh.

 

10.   Latihlah mulut dan hati anda menyatakan atau mengatakan yang benar, di waktu yang tepat, dengan cara yang benar, dan untuk alasan yang tepat.

 

God bless you all!

 

Sumber: Breaking News JPCC – Ling-Ling Ciptawijaya

No comments:

Post a Comment